2.
Dayeuhluhur Masa Islam Awal
Pada Pemerintahan Adipati Banyak Belanak di Pasirluhur, Demak mengutus
Pangeran Makdum Wali untuk menundukan Pasir luhur agar masuk Islam dan tunduk
di bawah kekuasaan Demak, Adipati Banyak Belanak dan Patih Banyak Geleh tunduk
dan menjadi murid kinasih Syech Makdum Wali dan menjadi penyebar agama Islam di
Jawa Timur sampai ke Malang,Madiun, Majapahit, keberhsilannya dianugerahi Raja
Demak Sultan Trenggono dengan Sebutan Pangeran Senopati Mangukubumi I untuk
Banyak Belanak.
. Sementara
itu di Dayeuhluhur pada masa Candilaras (Adipati Arya Gagak
Ngampar III), karena Pasirluhur tunduk di bawah
kekuasaan Demak, maka Dayeuhluhur pun berada dalam kekuasaan
koalisai Demak dan Cirebon. Pada saat inilah
terjadi peralihan keyakinan agama Hindu Budha menjadi Islam bagi para Penguasa
maupun masyarakatnya. Candilaras berputra 3 yaitu Ki Hadeg Cisagu,
Ki Hadeg Cibungur dan Dewi Santang. Pada saat Candilaras berusia 65 tahun pada
tahun 1526 Dewi Santang dinikahkan dengan adipati Wirasaba yang beragama islam
yaitu adipapati Surawin/adipati Suratin.
Pada saat Banyak Belanak (Senopati
Mangkubumi I Demak) bersama syech Makdum Wali ditugaskan menyebarkan Islam ke wilayah barat
mampir di Sidareja Penyarang bertemu dengan saudaranya Ki Hadeg Cisagu beserta anaknya
Kyai Arsagati dan menantunya Ki Ranggasena, lalu melanjutkan penyebaran islam
ke Jawa Barat. Karena Wilayah Banten sudah diislamkan oleh Sultan Hasanudin
maka tugas Banyak Belanak cukup sampai
di daerah Citarum kemudian kembali ke Pasir luhur, sesampainya di Pasir Luhur
dimana pemerintahan dijalankan oleh anaknya Adipati Banyak Tholle, Banyak
Belanak menjadi sakit keras akibat kemurtadan Banyak Thole yang kembali memeluk
agama Hindu Budha dan berniat melawan Demak, dalam keadaan sakit keras Banyak
Belanak disangka sudah wafat sehingga dikubur hidup-hidup oleh Banyak Tholle,
saat para santri berziarah, terdengar
suara Banyak Belanak yang menyatakan bahwa ia dikubur hidup-hidup oleh anaknya.
Mendengar berita tersebut Banyak Tholle menggali kubur ayahnya, namun ayahnya
saat itu benar-benar sudah meninggal, merasa dipermainkan para santri disiksa
dan dianiaya, para santri melapor ke Demak dan Pasukan Demak membumihanguskan
Kadipaten Pasirluhur, Banyak Thole menjadi buron dan melarikan diri ke Desa
Bocor Kebumen sampai meninggalnya. Kadipaten Pasirluhur diserahkan kepada Patih
Wirakencana/Banyak Geleh dengan Gelar Pangeran Senopati Mangkubumi II yang
menjadi murid kinasih Syech Makdum Wali dan pada saatnya dikebumikan dalam satu
liang lahat di pesareyan astana pasir luhur Karanglewas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar