Rabu, 07 Agustus 2013

2. DAYEUHLUHUR MASA ISLAMISASI TANAH JAWA


2.    Dayeuhluhur Masa Islam Awal

Pada Pemerintahan Adipati Banyak Belanak di Pasirluhur, Demak mengutus Pangeran Makdum Wali untuk menundukan Pasir luhur agar masuk Islam dan tunduk di bawah kekuasaan Demak, Adipati Banyak Belanak dan Patih Banyak Geleh tunduk dan menjadi murid kinasih Syech Makdum Wali dan menjadi penyebar agama Islam di Jawa Timur sampai ke Malang,Madiun, Majapahit, keberhsilannya dianugerahi Raja Demak Sultan Trenggono dengan Sebutan Pangeran Senopati Mangukubumi I untuk Banyak Belanak.
. Sementara itu di Dayeuhluhur pada masa Candilaras (Adipati Arya Gagak Ngampar III), karena Pasirluhur tunduk di bawah kekuasaan Demak, maka Dayeuhluhur pun berada dalam kekuasaan koalisai Demak dan Cirebon. Pada saat inilah terjadi peralihan keyakinan agama Hindu Budha menjadi Islam bagi para Penguasa maupun masyarakatnya.  Candilaras berputra 3 yaitu Ki Hadeg Cisagu, Ki Hadeg Cibungur dan Dewi Santang. Pada saat Candilaras berusia 65 tahun pada tahun 1526 Dewi Santang dinikahkan dengan adipati Wirasaba yang beragama islam yaitu adipapati Surawin/adipati Suratin.
Pada saat Banyak Belanak (Senopati Mangkubumi I Demak) bersama syech Makdum Wali  ditugaskan menyebarkan Islam ke wilayah barat mampir di Sidareja Penyarang bertemu dengan saudaranya Ki Hadeg Cisagu beserta anaknya Kyai Arsagati dan menantunya Ki Ranggasena, lalu melanjutkan penyebaran islam ke Jawa Barat. Karena Wilayah Banten sudah diislamkan oleh Sultan Hasanudin maka tugas Banyak Belanak cukup  sampai di daerah Citarum kemudian kembali ke Pasir luhur, sesampainya di Pasir Luhur dimana pemerintahan dijalankan oleh anaknya Adipati Banyak Tholle, Banyak Belanak menjadi sakit keras akibat kemurtadan Banyak Thole yang kembali memeluk agama Hindu Budha dan berniat melawan Demak, dalam keadaan sakit keras Banyak Belanak disangka sudah wafat sehingga dikubur hidup-hidup oleh Banyak Tholle, saat para santri berziarah, terdengar suara Banyak Belanak yang menyatakan bahwa ia dikubur hidup-hidup oleh anaknya. Mendengar berita tersebut Banyak Tholle menggali kubur ayahnya, namun ayahnya saat itu benar-benar sudah meninggal, merasa dipermainkan para santri disiksa dan dianiaya, para santri melapor ke Demak dan Pasukan Demak membumihanguskan Kadipaten Pasirluhur, Banyak Thole menjadi buron dan melarikan diri ke Desa Bocor Kebumen sampai meninggalnya. Kadipaten Pasirluhur diserahkan kepada Patih Wirakencana/Banyak Geleh dengan Gelar Pangeran Senopati Mangkubumi II yang menjadi murid kinasih Syech Makdum Wali dan pada saatnya dikebumikan dalam satu liang lahat di pesareyan astana pasir luhur Karanglewas.

Tidak ada komentar: