1. SITUS SAREYAN
ARYA GAGAKNGAMPAR
ARYA BANYAK NGAMPAR
SILIHWARNI
PANEMBAHAN HAUR
2. PESAREYAN CANDI KUNING
(ARYA GAGAK NGAMPAR II)
Koleksi Kang Dadang Hermawan
3. pesareyan Kyai Ngabehi ARSAGATI di Karangbirahi Dayeuhluhur
Beliau yang pertama kali menerima "Payung Lampit" dari Sultan Mataram
dimana Panembahan Senopati memberikan tanda kekuasaan atas suatu wilayah
dengan tanda lambang pusaka payung lampit
sebagai pengesahan dihidupkannya kembali wilayah Dayeuhluhur
sebagai salah satu kadipaten blang kulon Mataram
4. pesareyan Kyai Ngabehi RAKSAGATI
di Palalangon-Dayeuhluhur (Makam Jangkung)
5.Pesareyan Kyai Ngabehi Raksapraja di Cipancur Dayeuhluhur
yang menerima selir dari Amangkurat II
selir tsb dlm keadaan hamil 5 bl dan menurunkan Kyai Ngabehi Wirapraja
yang menggantikan kedudukan Raksapraja
6. Pesareyan Kayi Ngabehi WIRAPRAJA di Cipancur Dayeuhluhur
berdampingan dengan ayah tirinya Raksapraja
Wirapraja Gugur dalam Tragedi Ciancang melawan Penjajah Belanda
(setelah bersama Bupati Banyumas menaklukan Ciancang dengan banjir darah
selama 1 minggu, pasukan digempur Belanda yang membantu pasukan Priangannyang saat itu menjadi wilayah jajahan Belanda), saat Wirapraja gugur ia meninggalkan banyak anak yang masih kecil , Raksapraja masih hidup dan menjalankan pemerintahan Kabupaten Dayeuhluhur sampai anak Wirapara (Wiradika I) menjadi dewasa, namun sayang akhirnya Wiradika I (yg tdk berputra itu) dituduh makar atas Mataram dan diasingkan ke hutan di Ponorogo, kedudukan Bupati dayeuhluhur digantikan keponakannya Wiradika II (putra dari Rangga Wirasraya I)
7. Pesareyan Kyai Ngabehi WIRADIKA II
di Gunung Purwa Dayeuhluhhur
8. Pesareyan WIRADIKA III (R.Tmg. PRAWIRANEGARA)
ini merupakan penemuan spektakuker
selama ini sejarah simpangsiur atas akhir kehidupan Bupati Dayeuhluhur
yang terakhir ini setelah dibubarkan Belanda Okt.1831
ada yang menyebutkan diasingkan sampai meninggal di Padang, ada yang menyebutkan dibuang sampai meninggal di Bangka, menurut manuskrip terakhir yang kami dapat, Beliau diasingkan ke Bangka selama 4 th, kemudian kembali ke Banyumas mendapat pensiun dibawah pengawasan Bupati Banyumas dan meninggal di Banyumas, dimakamkan di Pesareyan Lor Karanglewas Banyumas (sebelah barat Stasiun Purwokerto, utara musium Jend.Sudirman Purwokerto)
2. PESAREYAN CANDI KUNING
(ARYA GAGAK NGAMPAR II)
Koleksi Kang Dadang Hermawan
3. pesareyan Kyai Ngabehi ARSAGATI di Karangbirahi Dayeuhluhur
Beliau yang pertama kali menerima "Payung Lampit" dari Sultan Mataram
dimana Panembahan Senopati memberikan tanda kekuasaan atas suatu wilayah
dengan tanda lambang pusaka payung lampit
sebagai pengesahan dihidupkannya kembali wilayah Dayeuhluhur
sebagai salah satu kadipaten blang kulon Mataram
4. pesareyan Kyai Ngabehi RAKSAGATI
di Palalangon-Dayeuhluhur (Makam Jangkung)
5.Pesareyan Kyai Ngabehi Raksapraja di Cipancur Dayeuhluhur
yang menerima selir dari Amangkurat II
selir tsb dlm keadaan hamil 5 bl dan menurunkan Kyai Ngabehi Wirapraja
yang menggantikan kedudukan Raksapraja
6. Pesareyan Kayi Ngabehi WIRAPRAJA di Cipancur Dayeuhluhur
berdampingan dengan ayah tirinya Raksapraja
Wirapraja Gugur dalam Tragedi Ciancang melawan Penjajah Belanda
(setelah bersama Bupati Banyumas menaklukan Ciancang dengan banjir darah
selama 1 minggu, pasukan digempur Belanda yang membantu pasukan Priangannyang saat itu menjadi wilayah jajahan Belanda), saat Wirapraja gugur ia meninggalkan banyak anak yang masih kecil , Raksapraja masih hidup dan menjalankan pemerintahan Kabupaten Dayeuhluhur sampai anak Wirapara (Wiradika I) menjadi dewasa, namun sayang akhirnya Wiradika I (yg tdk berputra itu) dituduh makar atas Mataram dan diasingkan ke hutan di Ponorogo, kedudukan Bupati dayeuhluhur digantikan keponakannya Wiradika II (putra dari Rangga Wirasraya I)
7. Pesareyan Kyai Ngabehi WIRADIKA II
di Gunung Purwa Dayeuhluhhur
8. Pesareyan WIRADIKA III (R.Tmg. PRAWIRANEGARA)
ini merupakan penemuan spektakuker
selama ini sejarah simpangsiur atas akhir kehidupan Bupati Dayeuhluhur
yang terakhir ini setelah dibubarkan Belanda Okt.1831
ada yang menyebutkan diasingkan sampai meninggal di Padang, ada yang menyebutkan dibuang sampai meninggal di Bangka, menurut manuskrip terakhir yang kami dapat, Beliau diasingkan ke Bangka selama 4 th, kemudian kembali ke Banyumas mendapat pensiun dibawah pengawasan Bupati Banyumas dan meninggal di Banyumas, dimakamkan di Pesareyan Lor Karanglewas Banyumas (sebelah barat Stasiun Purwokerto, utara musium Jend.Sudirman Purwokerto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar